FAKTA YANG DISEMBUNYIKAN DI TANAH SURGA


Dokumen yang telah tersimpan di perpustakaan Belanda selama 23 tahun itu ditemukan. Jan Van Gruisen, penemunya adalah seorang insinyur yang bekerja di perusahaan pertambangan Belanda, Oost-Borneo Maatschappij. Dokumen iti disebut dokumen Dozy, yang kelak menjadi kutukan bagi pemerintah Indonesia, khususnya bagi tanah Papua. 
Jean Jacques Dozy pembuat dokumen itu adalah seorang geologiawan muda Belanda yang pernah meneliti pegunungan Cartenz yang berada di bumi Papua pada tahun 1936. Dozy, mencatat semua hasil temuannya yang spektakuler itu dan menyebut gunung itu sebagai Gunung Ertsberg. 
Berbekal dokumen Dozy, pada tahun 1959, Forbes Wilson, Direktur Freeport Sulphur melakukan survei disekitar gunung Ertsberg, Papua. Temuannya nyaris membuatnya gila,  gunung itu berisi harta karun terbesar di dunia, yang bahkan untuk mengambilnya tidak perlu menggali lagi, karena sudah berserakan di perlukan tanah. Wilson akhirnya menancapkan cakar Freeport untuk menguasainya. 
Freeport selalu menjadi kutukan turun temurun dari pemerintahan ke pemerintahan. Siapapun presiden Indonesia yang terpilih,  seolah tak berdaya menghadapinya. Siapa sebenarnya Freeport? 
Freeport-McMoran Copper & Gold Inc. (Sebelumnya bernama Freeport Sulphur Company) adalah salah satu produsen tembaga dan emas terbesar di dunia. Perusahan yang berbasis di New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat ini sebelum beroperasi di Indonesia adalah perusahaan yang nyaris bangkrut. Revolusi sosial yang dipimpin oleh Fidel Castro dan Che Guevara-lah yang membuat Freeport terancam bangkrut. 
Freeport terselamatkan dari ancaman kebangkrutan ketika perusahaan ini beroperasi di tanah Papua, yang memiliki kekayaan emas yang melimpah dan paling besar di seluruh dunia. Namun, untuk dapat beroperasi di tanah Papua, Freeport harus menyingkirkan berbagai penghalang yang menghadangnya. 
Halangan yang paling serius pada saat Freeport pertama datang ke Indonesia, adalah ketika Presiden pertama Indonesia, Soekarno, membuat Papua Barat (Irian Barat)  dari cengkraman imperialisme Belanda. Padahal pada waktu itu Freeport telah menjalin kerjasama untuk mengeksploitasi tembaga dan emas dengan perusahaan Belanda (Oost-Borneo Maatschappij)  di tanah Papua. Tidak hanya Soekarno, John F. Kennedy pun dinilai sebagai penghalang serius oleh Freeport.
Sejarah mencatat, semenjak ditandatangani nya kontrak pada 7 April 1967 (sebelum PEPERA dilaksanakan) dengan pemerintahan rezim Soeharto, Freeport sudah mulai beroperasi di tanah Papua, mengeruk tembolok burung besar, mengeluarkan isinya, dan kemudian dipasarkan keseluruh dunia untuk mendapatkan keuntungan yang membuat Freeport dikenal sebagai perusahaan tambang emas terbesar di dunia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NILAI MORAL PROFESI HUKUM

REALISME HUKUM

ANALISIS RECHTVINDING OLEH HAKIM PADA PUTUSAN MK NOMOR. 21/PUU-XII/2014